“Narasumber yang kedua, barangkali masih asing bagi saya, namun dari bentuk pasuryane, sangat kental mengisyaratkan dirinya sebagai seniman sejati, mangga bapak…e, sinten, Mas? Tanya Usturroid menanya pada khalayak
Reportase Stupa sebelumnya

“Mas Sariyono!’ jawab Mas Leo Katarsis hampir bersamaan denganku
Ya, kiprah salah satu seniman seni rupa senior satu ini terbilang jarang diketahui teman-teman muda, barangkali sebab pribadi yang low profile maupun kegiatan berkarya yang kerap sunyi jauh dari hiruk pikuk, namun bagi yang tahu, banyaklah karya beliau menghiasi sudut maupun bangunan acara kesenian di Kota Kudus ini.

“O..inggih, mangga wekdalipun, menyumbangkan pikiran, tafsiran maupun amanatnya pada kami” kata Sang MC

“Terima kasih, saya kaget saja, tadi saudara Leo Katarsis, menghubungi saya, saya kira ada hal yang berhubungan dengan tema Dandangan, salah satu projek yang sedang beliau garap, namun rupanya ada pertemuan besar di ruang ini!” jawab Mas Sariyono singkat sembari memperbaiki rambut panjangnya yang tergerai.
Ya, beliau adalah pribadi yang punya gerak-gerik khas, tipikal seseorang yang mudah diingat oleh siapapun rapi, berkarakter, penuh muatan ilmu yang menampak dibalik seluruh gesturenya.

“Menurut saya, seni adalah ruang ekspresi, satu ungkapan batin seseorang untuk disampaikan pada khalayak. Seorang seniman bisa disebut seniman ya jika intens berkarya. Sebelum proses karya seniman biasanya membuatk ataupun mematangkan konsep terlebih dulu. Sudah itu dulu, saja, saya tak menikmati kekagetan ini!” jawab Mas Sariyono

“O..inggih, baiklah kalau begitu, mangga Pak Lukartana, sumangga panjenengan menambahkan definisi maupun apapun yang berhubungan dengan tema ini” tukas Ustur
“Maturnuwun Mas Ustur, saya hanya menambahkan sedikit saja, bahwa pada dasarnya manusia memiliki jiwa seni, tinggal dikembangkan ataupun tidak, bahwa bahasa seni itu bersifat universal, bahwa penciptan seni bermula dari kegiatan manusia meniru atau terisnpirasi dari alam, entah hewan, tumbuhan maupun lainnya, misalnya gerak harimau, monyet. Kemudian dirangkai menjadi sebentuk jurus silat, ataupun kegiatan drama dan lainnya. Sudah segitu dulu, biar dilanjutkan Warih saja!” kata Pak Lukartana

Oalah, kedatangan bro Warih tak sempat tertangkap indraku, tahu-tahu ia sudah ada, meski sedikit terlambat, barangkali sebab membagi badannya di acara seni yang hari ini bersamaan tergela. Mengenakan celana berkain batik dengan balutan jacket biru tebal dan bertopi. Hari ini, ia terlihat sedikit lebih kurus dari biasanya.

Citut, Sinok dan teman-teman lain, terlihat mulai mengestafetkan rujak, kacang godhog jagung bakar serta macam jajanan kering, disediakan tuan rumah. Malam makin tambah gayeng. Obrolan seru sepertinya akan terjadi hari ini. Di sisi bagian selatan, Joe, Jack, serta pemuda SMB menulis di secarcik kertas. Rupanya ada beberapa quote yang dicatatnya. Maklum saja, ada beberapa ilmu yang berlompatan di udara.

bersambung

0 komentar:

Post a Comment

 
Top