Waktu teruslah berpacu. Akhirnya kami menemu sabtu pahing lagi. Satu hari dimana kami, penikmat, pelaku, pekerja maupun pemerhati seni berjanji untuk bertemu, berdiskusi, berbagi sekaligus menampilkan karya-karya. Entah syair, puisi ataupun sekedar nyanyian balada patah hati. Namun apapun rupa karya itu, ingin kami tampilkan di hari dimana menurut hitung-hitungan penanggalan Jawa adalah satu hari dengan nilai tertinggi yang berbanding lurus dengan pengharapan tinggi terhadap seni maupun kesenian. bukankah seni begitu dihormati di kota ini?
Seperti kesepakatan, kegiatan stupa#2 ini akan dilaksanakan di tempat salahsatu seniman Kudus yakni Mas Gunadi, atau kerap dipanggil Kawit Sujana sekaligus pula disebut Leo Katarsis.
Ya…rasanya memang lebih pantas beliau dipanggil dengan panggilan terakhir, mengingat menimbang banyaknya anak muda yang dicerahinya semenjak pertengahan dekade 90-an dulu. Masih teringat betul, di sisi utara selain beliau ada pula Pak Aryo Gunawan (almarhum) dan di sisi selatan adalah Mas Joe atawa Kang Joko. Dua nama yang sama-sama menghasilkan seniman-seniman Kudus yang menggeliat di tahun-tahun ini. Oh, menceritakan kiprah beserta karya beliau-beliau di tahun dulu akan menjadi nikmat jika disandingkan bersamaan lagu Joan Baez, Forever Young… May God bless and keep you always, may your wishes all come true, may you always do for others, and let others do for you, may you build a ladder to the stars, and climb on every rung, may you stay forever young, duhaii…
Jam 19.30 WIB, punggawa SwaTantu sudah hadir, namun bukan dengan format utuh, sebab Mas Widayat menunggui keponakan yang sakit, sementara Jenderal Kami, Farid Cah Kudus akan segera menyusul. Masuk di pelataran, sempat kami lirik, beberapa pemuda SMB (Sinau Mikir Becik) sudah berada di sana sembari membakar jagung hasil panenan. Ada pula Citut dan Sinok asyik mengupas bawang dan mengulek sambal rujak. Menu rujak dihadirkan barangkali merupakan sebuah doa bahwa semoga para seniman selalu mendapatkan rozzak dari Ar-Rozzak..oh! Uplik tampak asyik menata tempat, sementara Mas Gunadi sedang persiapan mandi. “Heh, aku lagi arep adus iki,Tom, wuah…jian dina sing padet.” Sapanya padaku ketika kami menyalaminya. “Yuk, kita persiapkan tempat untuk alat-alat musiknya!” seloroh Kenyol. Lantas kamipun segera menata. Hanya beberapa alat musik yang kami bawa, gitar akustik, gitar elektrik, kajoon, bass, back sound, serta bar chimes.
Bagian tengah Rumah Pencu milik Mas Gunadi& Uplik ini, Stupa#2 akan dilaksanakan dengan (heiii, seperti dalam film-film indiyah kan? ) latar lagu Imagine all the people sharing all the world, you may say I'm a dreamer But I'm not the only one yang kami lagukan dalam hati bersamaan

Bersambung..
Dokumen Foto: Kenyol

0 komentar:

Post a Comment

 
Top